Agam, KATO – Sejak Rabu senja, 23 April 2025, Jorong Koto Tinggi di Nagari IV Koto, Kecamatan Palembayan, seperti terputus dari dunia. Hujan deras yang mengguyur tanah Minangkabau itu memicu longsor yang menelan seluruh badan jalan utama. Kini sudah masuk hari keempat, Sabtu pagi, 26 April, namun jejak kehadiran bantuan belum jua terlihat di mata warga.

Jalan tertimbun material

Di tengah sunyi akses dan beratnya lumpur yang menimbun jalan, suara keluh mulai menggema. Camat Palembayan, Drs. Sabirun, telah membenarkan bencana yang menimpa wilayahnya, dan laporan dari masyarakat, katanya, telah diterima sejak awal tanah mulai merosot.

Namun, bagi warga yang terjebak dalam kesendirian bencana, kata-kata belum mampu menggantikan tindakan. Mereka mengaku kecewa pada respons Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Agam yang dinilai berjalan lamban—terlampau lambat bagi mereka yang membutuhkan akses untuk hidup.

HT, salah satu warga, mengungkapkan bahwa Kepala Jorong dan Walinagari telah menjalin komunikasi langsung dengan Kepala BPBD Agam, Budi Perwira. Namun waktu terus berlari, dan kenyataan tak banyak berubah.

“Kami sudah lapor sejak hari pertama. Tapi lihatlah, jalan masih tertutup penuh, belum ada satu alat pun yang datang untuk membersihkan,” ucap HT dengan nada berat.

Warga, tak ingin hanya menunggu, telah bergotong-royong membersihkan sisa longsoran. Tapi tanah yang menumpuk bak tembok raksasa tak bergeming dihadapan sekop dan cangkul. Alat berat dibutuhkan—dan harapan pun menggantung di atas janji.

“Kalau hanya tangan dan peralatan seadanya, tentu tak memadai. Kami butuh alat berat,” tambahnya.

Lebih dari sekadar gangguan perjalanan, longsor ini telah mengurung kehidupan. Sabtu pagi, beberapa warga yang hendak menuju rumah sakit harus pulang kembali karena jalan tak bisa dilewati. Situasi ini mengundang pertanyaan pedih dari HT, “Haruskah ada korban nyawa dulu baru ditindaklanjuti?”

Di sisi lain, Budi Perwira Negara, Kepala Pelaksana BPBD Agam, menyampaikan bahwa permintaan akan alat berat telah ia sampaikan kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kabupaten Agam sejak dua hari lalu.

Namun, hingga berita ini ditulis, alat berat yang dijanjikan belum juga menampakkan wujudnya di lokasi bencana. “Saya belum tahu pasti kenapa alat berat belum tiba. Hari ini saya kembali konfirmasi ke Dinas PUTR,” ujar Budi.

Ia pun menyampaikan permintaan maaf atas keterlambatan dan berharap, sebagaimana harap warga yang menatap ke ujung jalan, agar alat berat segera datang dan jalan hidup mereka bisa kembali terbuka.

Sayangnya, Budi belum bisa memastikan apakah alat itu akan tiba hari ini.

Sementara itu, upaya konfirmasi lebih lanjut kepada BPBD Agam dan Dinas PUTR Kabupaten Agam masih menemui jalan buntu. Warga hanya bisa berharap, sambil menatap tumpukan tanah, bahwa esok membawa jawaban yang lebih terang.